Rabu, 05 Mei 2010

Kaset Tua di Pasar Tua


“Ke Jakarta Aku... kan kembali.... walau apa yang kan terjadi...”


Ya, sepenggal lirik dari Koes Ploes di era 70-an tersebut masih sangat merdu  terdengar di telinga orang yang lalu lalang orang di keramaian pasar Bringharjo. Berasal dari sebuah lapak yang berada dipinggir trotoar sudut pasar tertua di Jogja tersebut, Zamzani, seorang pedagang kaset tua memutar kaset tua dagangannya, tentunya dengan tape yang sudah usang juga.

Pedagang kaset bekas di Bringharjo itu baru saja membuka lapak barang dagangannya di jalur pedestrian. Lapaknya hanyalah sebuah gerobak berisi tumpukan kaset-kaset lawas penuh dengan debu. Baru saja ia menggelar dagangannya, salah seorang pejalan kaki sudah mendatanginya. Jarum jam menunjukkan waktu pukul 10 siang.

Zamzani yang berdagang kaset sejak tahun 1985 itu pun sumringah. Ia mempersilakan calon pembeli melihat-lihat kaset. “Yang Barat di kanan, kalau yang Indonesia cari di kiri, Mas”, katanya kepada calon pembeli, Adi Mulyadi. Kala itu, Adi berniat mencari kaset God Bless. Lantas, kolektor kaset tua itu pun mengacak-acak tumpukan kaset yang berserakan.

Mencari kaset bekas di lapak kaki lima seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Butuh kerja keras dan kesabaran. Kalau di satu tempat tidak ada, biasanya kolektor bergegas pindah ke tempat lain. Sudut pasar Bringaharjo, Jogjakarta, merupakan salah satu tempat favorit berburu kaset. Di sana ada sekitar tiga lapak yang menyediakan kaset-kaset lawas. Pembelinya tidak hanya orang-orang Jogjakarta dan sekitarnya, tapi juga dari luar Jawa.

Zamzani mengatakan bahwa pelanggannya ada yang datang dari Papua, Manado, dan Bali. Rata-rata mereka adalah wisatawan yang datang ke Jogja. Andai barang yang dicari pelanggannya itu ada, dia pun bisa segera mengirimnya via paket.

Bagi Zamzani, mendapatkan kaset-kaset yang diinginkan pelanggan lumayan sulit. Khususnya album dari musisi Indonesia era 1970-an yang tergolong langka. Sebut saja The Rollies, soundtrack film Badai Pasti Berlalu, Superkid, Dedy Stanzah, atau Giant Step. Sekitar 10 tahun lalu, katanya, album itu tidak banyak dilirik orang. Sekarang, permintaannya malah tinggi. Ia pun mengaku sempat kelabakan. Sampai dia harus memesan ke pelosok daerah.

“Seringnya sih tidak ada”, katanya. Tapi, untung ada saja hal yang tidak diduga. Awal tahun ini, Zamzani didatangi seorang kolektor kaset asal Purwokerto, yang menjual koleksinya. “Selain membeli kaset dari supplier, saya juga sering beli dari kolektor,” ujar Zamzani.

Menurut Zamzani, ada beberapa alasan seorang kolektor rela melepas koleksinya. Ada yang karena alasan ekonomi atau karena pemiliknya sudah meninggal sehingga si ahli waris terpaksa menjualnya. Ia juga sering mendapat suplai kaset dari pemulung yang mendapatkannya dari gudang.

“Sampai saat ini, saya masih punya sekitar 1000-an koleksi kaset lawas dan masih saya rawat, mas” tutupnya kepada Paijo saat mewawancarainya. Hmm... anda berminat dengan kaset tua?? Kalau anda sedang jalan-jalan di sekitar pasar Bringharjo tidak ada salahnya anda mampir untuk memilih penyanyi kesayangan anda di masa sma anda yang penuh kenangan.

Nama : Cakra Virajati
NIM : 153080155
Kelas : G

(feature news)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar