Situs jejaring social seperti Frindster, facebook, Twitter, Netlog mewabah dalam beberapa tahun belakangan ini dan mengiringi apa yang dikenal umum sebagai globalisasi, ia mengubah pola hubungan social, baik vertical (masyarakat dengan negara dan pasar) meupun horizontal (antara anggota, masyarakat, kelompok social). Dengan kecanggihan teknologi dan aneka fasilitas yang ditawarkannya, ia membuat dubia seolah-olah mengecil sekaligus manarik,
Dampak dari perubahan po;a hubungan tersebut bermacam-macam. Ia bisa bergerak ke segala arah, bahkan sering tak terbayangkan sebelumnya, baik dalam pengertian positif maupun negative. Dengan kata lain, dunia menarik yang berada dalam genggaman jari-jemari kita itu penuh resiko. Namin, itu pulalah mungkin yang membuat banyak orang kecanduan situs jejaring social.
Dunia dalam genggaman.
Kecanggihan teknologi yang melekat dalam berbagai jejaring social membuat hubungan social tak terkait oleh jarak. Kita bisa berkomunikasi dengan kawan-kawan di luar negeri pada waktu yang nyata, sama seperti kita sedang berbincang dengan tetangga sebelah rumah.
Pada titik tertentu, situs jejaring social juga “tak terkait pada waktu”. Ia sanggup menghadirkan masa lalu kita melalui pertemuan kembali dengan teman-teman kecil yang puluhan tahun tak bertemu, entah ada di mana, lalu tiba-tiba hadir di depan layar computer dalam bentuk yang nyata.
Dalam berbagai kasus, hubungan-hubungan social dalam situs jejaring social dapat membentuk semacam komunitas, dengan level hubungan yang intensif (personal, politis, ideologis), kode-kode cultural yang hanya dipahami anggota situs, keprihatinan yang sama, adanya kenyamanan, kehangatan, perlindungan, pembarian inforamsi spesifik dan seterusnya.
Singkatnya, situs jejaring social membuat dunia seolah berada dalam genggaman, menarik dan mempermudah hidup. Kadangkala, hubungan-hubungan social dalam situs jejaring social jauh lebuh luas dan lebih menarik daripada hubungan-hubungan social dalam dunia nyata. Itulah kiranya sisi positif, jika boleh dikatakan demikian, dari pengunaan situs jejaring social dalam hubungan-hubungan social.
Dunia penuh Risiko
Namun keterlibatan secara intensif (kecanduan) dalam situs jejaring social bisa menimbulkan risiko tersendiri pada kehidupan nyata sehari-hari. Jika kita setiap saat asyik dengan situs jejaring social, pada saat itulah hubungan-hubungan social kita yang nyata dengan tetangga, keluarga mulai dipertanyakan. Ia bisa memunculkan semacam paradoks, hubungan social yang luas di dunia maya, tetapi hubungan social di dunia nyata terbatas.
Risikonya kita akan menjadi orang yang terasing ditengah kehidupan ssosial sehari-hari yang nyata dengan segala polemik. Ada kecenderungan bahwa yang ditampilkan dalam situs jejaring social, entah itu foto, gambar, tulisa, kata-kata adalah sesuatu yang diharapakan dalam respons poditif dari pengguna situs lainnya, hal itu bisa berarti citra diri yang baik.
Jadi yang ditampilkan bukanlah potert diri yang sesungguhnya. Hal ini dapat dipahami karena citra diri itulah yang akan membuat orang lain membuka akses bagi kita untuk menjadi kawan. Kita pun akan melakukan hal yang sama terhadap orang lain yang ingin menjadi kawan. Kecuali sudah lama kenal, tak diketahui keberadaannya terhadap teman kita yang sudah dikenali.
Pada titik inilah ada kemungkinan kita menyadari telah tertipu atau menipu karena citra diri yang ditampilkan dalam situs jejaring social tidak sesuai dengan aslinya. Secara psikologis, hal itu tentu saja tidak mendewasakan karena tidak mendidik orang untuk menampilkan diri apa adanya juga, situs jejaring social bagaimanapun hanya bersifat maya.
Hubungan-hubungan social yang terbentuk pun tidak nyata, karenanya tak ada jaminan apakah yang ditampilkan dalam dunia maya itu akan diwujudkan pula secara konsisten dalam kehidupan nyata atau malah sebaliknya. Kita bisa mengambil contoh kasus Bibit-Candra, dukungan dalam facebook terhadap Bibit-Candra lebih dari satu juta orang. Namun ketika melakukan demonstran facebookers yang dating hanya ribuan orang.
Tak ada yang dihasilkan, selain kenyamanan semu saja, bahwa segalanya tak ada masalah. Padahal dalam kehidupan nyata banyak persoalan penting yang akan mempengaruhi bukan saja kehidupan social melainkan juga kehidupan pribadi kita seperti angka pengangguran yang tinggi, di dunia nyata yang harus dihadapi dengan cara yang nyata pula, bukan dengan bersembunyi dalam kehidupan dunia maya.
Betapa pun canggih dan menarik situs jejaring social hanyalah alat, kemana ia akan bergerak, tergantung ada bagaimana kita menggunakannya. Sebagai makhluk yang memiliki akal pikiran, kitalah yang mempunyai kekuasaan untuk menggunkannya, bukan malah sebaliknya kehiupan kita kendalikan oleh situs jejaring social.
Jadi, jika melalui situs jejaring sosial pertemanan meluas, silaturahmi terbangun kembali, bisa mengumpulkan bantuan untuk korban bencana alam, tak ada salahnya menggunakan aneka situs jejaring sosial. Namun, jika ia mulai mengasingkan kita dari kehidupan nyata, menipu diri sendiri, sumber konflik, menggerogoti waktu produktif, inilah saatnya untuk men-deaktivasi-kannya, lalu kembali ke dunia nyata.
Jika tidak, tak ada manfaat yang bakal diperoleh dari aktivitas dalam situs jejaring sosial kecuali keuntungan semu bahwa semuanya baik-baik saja. Pada titik ini, kita cuma membuat pemilik situs jejaring sosial tambah kaya dengan menjadikan hubungan-hubungan sosial kita semata-mata sebagai komoditas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar