Sekira 20 tahun lalu, ketika berita human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) merebak di luar negeri, hanya mendengar ceritanya saja masyarakat Indonesia sudah panik. Sekarang sudah mulai banyak penderita hidup di sekitar kita, masyarakat seakan sudah tidak peduli. Bila tidak ditangani dengan baik, tidak mustahil 10 tahun mendatang masyarakat akan terbiasa hidup dengan penderita AIDS di lingkungannya bahkan di dalam rumahnya.
Infeksi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan menyebabkan AIDS. AIDS adalah penyakit fatal yang merupakan stadium lanjut dari infeksi HIV. Infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif, yang menyebabkan infeksi oportunistis di berbagai bagian tubuh tertentu. Gejala umum yang sering terjadi pada anak adalah diare berkepanjangan, sering infeksi atau demam lama, tumbuh jamur di mulut, badan semakin kurus dan berat badan terus turun, serta gangguan sistem dan fungsi organ tubuh lainnya yang berlangsung kronis atau lama.
Secara primer, HIV dan AIDS terjadi pada dewasa muda, tapi jumlah anak-anak dan remaja yang terkena semakin bertambah jumlahnya. AIDS/HIV Dahulu Kali pertama infeksi HIV/AIDS dilaporkan di Amerika Serikat (AS), 1981, pada orang dewasa homoseksual, sedangkan untuk anak-anak pada 1983. Sejak itu, laporan jumlah AIDS di AS semakin lama semakin meningkat. Berita tersebut, ternyata sudah santer diberitakan di Indonesia. Mendengar berita penyakit yang menghebohkan dan sangat berbahaya ini, masyarakat sudah sangat cemas. Saking fobianya, penulis pernah mengalami kejadian sekira 1985 ketika ada turis (bule) lewat di lingkungan padat di daerah kota Surabaya, terdengar teriakan sebagian penduduk meneriakkan ''awas AIDS... AIDS!" Mungkin, si bule hanya bisa mengelus dada, memaklumi bahwa saat itu masyarakat Indonesia memang sangat takut akan penyakit itu.
Bahkan, sebagian masyarakat saat itu yakin bahwa AIDS tidak akan masuk di Indonesia karena budaya orang Indonesia berbeda dengan orang Barat. Di Indonesia, menurut data Departemen Kesehatan (Depkes), kasus HIV/AIDS pertama kali dilaporkan pada 1987,sebanyak sembilan orang. Enam tahun berselang, setelah pertama kali dilaporkan di AS. Ternyata, akhirnya penyakit AIDS masuk juga ke Indonesia. Padahal, sebelumnya ada yang menganggap AIDS tidak bisa masuk ke Indonesia.
Saat sekarang sejak dimulainya epidemi HIV, AIDS telah mematikan lebih dari 25 juta orang; lebih dari 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orangtuanya akibat AIDS. Setiap tahun diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS; 500.000 di antaranya adalah anak di bawah umur 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang, terutama di negara terbelakang dan berkembang. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari 8.000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik. Karena itu, infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun anak-anak tertinggi di dunia adalah di Afrika, terutama negara-negara Afrika Sub-Sahara. Meskipun saat ini tingkat prevalensi HIV masih tergolong rendah di Asia Tenggara, tetapi pertumbuhan prevalensinya saat ini paling tinggi sedunia. Penyebabnya adalah jumlah populasi yang besar, kemiskinan, ketidaksetaraan gender, dan stigmatisasi sosial.
Menurut sumber Direktorat Jenderal PPM & PL Departemen Kesehatan RI, kasus HIV/AIDS di Indonesia terus menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahun. Sejak 1996 dilaporkan sebanyak 105 orang per tahun sehingga sampai puncaknya pada 2006 sebanyak 1.517 orang per tahun. Meskipun 2007 tampak sedikit kecenderungan berkurang, hingga akhir September dilaporkan 1.020 orang. Jumlah kumulatif sejak 1987 hingga sekarang terdapat 10.384 penderita AIDS dan 5.904 orang penderita HIV.
HIV/AIDS penyakit masa datang meskipun perkembangan teknologi dan pengetahuan kedokteran telah berkembang sangat pesat, hingga saat ini masih belum ditemukan vaksin atau obat yang menyembuhkan AIDS. Hal itulah yang membuat para ahli masih belum dapat memprediksi secara tepat bagaimana gambaran perkembangan kasus HIV/AIDS pada masa mendatang. Saat ini hanya sebagian kecil rumah sakit yang dijadikan pusat rujukan penderita.a
Tenaga dokter dan paramedis yang punya keahlian dan pengalaman tentang penyakit ini tidak banyak. Mungkin karena jumlah penderita belum banyak. Di daerah yang paling tinggi kasusnya seperti di Papua didapatkan enam penderita per 10.000 penduduk, sedangkan yang paling sedikit adalah di Kalimantan Tengah hanya tiga penderita per 1.000.000 penduduk. Sementara itu, di Sulawesi Barat hingga saat ini belum ditemukan kasus penderita. Namun, gambaran itu bisa jadi berubah drastis bila manusia tidak melakukan tindakan nyata dalam pencegahan AIDS.
Infeksi HIV/AIDS yang sangat cepat penularannya tersebut bila tidak ditangani dengan baik tidak mustahil pada masa datang akan menjadi malapetaka di Indonesia. Bila hal itu terjadi, tidak mustahil semua rumah sakit di Indonesia diharuskan merawat penderita HV/AIDS karena banyak kasus hingga rumah sakit rujukan tidak bisa menampung pasien. Bukannya tidak mungkin nanti Depkes akan kehabisan dana hanya untuk mengurus penderita AIDS. Pada masa mendatang bukannya tidak mungkin penderita AIDS ada berada di lingkungan kerja kita, bahkan lingkungan di dalam rumah atau anggota keluarga. Juga bukan sesuatu yang mustahil, pada masa mendatang setiap sekolah bahkan setiap kelas ada satu atau dua penderita HIV/AIDS usia anak.
Hal itu bisa terjadi apabila pencegahan vertikal dari ibu hamil kepada anak tidak dapat dikendalikan lagi. Tidak bisa dibayangkan bahwa nanti kita tidak tahu bahwa anak kita ternyata berteman akrab dengan penderita AIDS. Meskipun penderita AIDS sebenarnya tidak perlu dikucilkan, saat ini HIV/AIDS masih menjadi penyakit menular yang paling utama di dunia.
Mungkin saja pada masa mendatang bukan hanya di antara penyakit menular, tetapi penyakit nomor wahid di antara semua penyakit. Fenomena tersebut bukanlah sesuatu yang tak mungkin terjadi bila mulai saat ini manusia tidak melakukan tindakan pencegahan HIV/AIDS dengan baik. Kapan tindakan itu harus dilakukan, waktunya adalah sekarang. Siapa yang harus melakukan, yang bertanggung jawab adalah semua lapisan masyarakat tidak terkecuali.
Pencegahan terbaik adalah hentikan segera kehidupan sex bebas/menyimpang, stop narkoba, dan periksa secara rutin bila termasuk dalam faktor risiko. Jangan sampai manusia mewariskan bencana paling dahsyat di muka bumi ini kepada anak cucunya hanya karena penyakit HIV/AIDS.
Nama : Taufan Jati Pamungkas
Nim :153080193
Kelas : G
(Artikel Opini)
Nama : Taufan Jati Pamungkas
Nim :153080193
Kelas : G
(Artikel Opini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar