Kamis, 11 Maret 2010

Sultan: Saatnya Membangun Kehidupan Spritiualisme


YOGYAKARTA, KOMPAS.com--Bangsa Indonesia sudah saatnya membangun kehidupan spiritualisme dan multikulturalisme sebagai kekuatan dalam mewujudkan peradaban baru, kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Bangsa Indonesia saatnya mewujudkan peradaban baru dengan spiritualitas dan multikultur sebagai rohnya, yang memungkinkan semua umat beragama dapat hidup berdampingan dengan damai," katanya di Yogyakarta, Selasa.

Dengan peradaban baru, menurut dia saat menerima kedatangan Panitia Nyepi 2010, semua umat beragama akan terakomodasi kepentingannya, bukan berusaha saling menindas dan mengalahkan.

Ia mengatakan sejarah peradaban di Indonesia dimulai dari era Budhisme, kemudian Hinduisme, sampai pada kondisi sekarang.

"Abad VII adalah era Budhisme, di mana Candi Borobudur dibangun. Abad XIV adalah era berakhirnya sejarah kerajaan Hinduisme, dan sekarang abad XXI, mestinya merupakan awal dari peradaban baru, yakni spiritualisme dan multikulturalisme," katanya.

Menurut dia, Kabupaten Gunungkidul mempunyai kekuatan spiritual, khususnya di kawasan Pantai Drini dan Pantai Ngobaran.

"Tempat itu menyimpan sejarah penting berkembangnya agama Hindu di Gunungkidul dan DIY, serta tempat leluhur Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat.

Ia mengatakan di kawasan Pantai Drini dan Ngobaran pernah bermukim Prabu Jayabaya dan Prabu Brawijaya V. "Rahasia tersebut perlu diungkap untuk mengingatkan bangsa kita, bahwa pada masa itu Hinduisme pernah berperan membentuk peradaban bangsa ini," katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Nyepi Budi Sanyoto mengatakan peringatan Nyepi di DIY dibagi atas kegiatan ritual keagamaan dan sosial kemasyarakatan.

"Kegiatan ritual keagamaan sudah dimulai dengan upacara Melasti di Pura Segara Wukir, Pantai Ngobaran pada 28 Februari 2010," katanya.

Menurut dia, rangkaian kegiatan ritual yang lain adalah Tawur Agung di pelataran Candi Prambanan pada 15 Maret 2010 yang akan dihadiri sekitar 10.000 umat Hindu dari berbagai daerah.

"Dharma Santi Nyepi yang akan dilaksanakan pada 27 Maret di Bangsal Kepatihan menjadi pamungkas rangkaian kegiatan peringatan Nyepi di DIY," katanya.

Ia mengatakan kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan antara lain bakti sosial, pemeriksaan kesehatan gratis, donor darah, serta pembagian sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) di Pura Banguntapan, Bantul.

"Selain itu, juga akan diadakan karnaval budaya berupa pawai gunungan dan ogoh-ogoh di Banguntapan," katanya.

Cuaca ekstrim, masyarakat diminta waspada


SLEMAN: Selama musim pancaroba, Maret hingga akhir April mendatang, masyarakat diminta mewaspadai datangnya cuaca ekstrim, seperti panas di atas 34 derajat celcius, angin kencang dan hujan lebat disertai petir. Meski begitu, masyarakat diminta tidak panik, karena hal itu merupakan kejadian periodik, musiman.

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (GMKG) Jogja, Tony Wijaya, saat dihubungi Harian Jogja, Selasa (9/3), menjelaskan bahwa cuaca ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini, disebabkan posisi matahari secara periodik, saat ini berada tepat di atas wilayah DIY.

Akibatnya, kata Toni, pada siang hari, panas matahari begitu menyengat, dan sore hingga malam tercipta mendung, angin kencang dengan kekuatan 20 km per jam serta hujan lebat disertai petir, dengan durasi sesaat, baik di wilayah Sleman, Jogja, dan Bantul.

"Selain berpotensi terjadinya angin kencang, karena suhu udara yang rendah, potensi hujan lebat dari sore hingga malam hari akan sering terjadi dengan durasi 1 jam,” ungkap Toni.

Dia juga menjelaskan, salah satu sifat akibat pemanasan lokal tersebut, bisa menciptakan gulungan awan Colombus (Cb) yang menimbulkan terjadinya angin puting beliung.

Sayangnya, Toni tidak bisa menyebut daerah mana saja yang berpotensi menimbulkan terjadinya angin puting beliung. Sebab, katanya, hal itu tergantung dari situasi dan kondisi suatu daerah.

"Kami hanya bisa memprediksi terjadinya potensi angin puting beliung di suatu wilayah. Masing-masing daerah memiliki sifat yang berbeda dan sangat dinamis,” ungkapnya.

Untuk mengantisipasi bencana yang bisa ditimbulkan, pihaknya mengimbau agar masyarakat memperhatikan kondisi di lingkungan mereka, seperti mematikan perangkat elektronik saat hujan lebat dan petir datang, dan memangkas pohon-pohon yang sudah rimbun.

“Ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” tutupnya.(Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)

Jogja Imaginer Line dalam Fotografi



Jogja imaginer line yang bagi kebanyakan masyarakat mulai terlupakan, bahkan sebagian orang tidak mengenal arti dari Jogja imaginer line itu sendiri. Inilah yang coba diangkat oleh mahasiswa jurusan ilmu komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta yang tergabung dalam KSM FOTOGRAFI KOMUNIKASI 401 dalam karya fotografi. Mereka menyelenggarakan pameran hasil karyanya di Gedung Galeri Bank Indonesia yang dibuka oleh Wakil Dekan I FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta, Sabtu (20/2) kemarin.
Menurut ketua pelaksana pameran ini, Yuliani Noorsafitri, pameran ini menampilkan karya tentang kehidupan sosial dan budaya yang ada disekitar garis imaginer Jogja. Imaginer line sendiri merupakan garis khayal yang ditarik dari arah utara hingga ke selatan Jogja, yang menghubungkan keraton Ngayogyakarta sebagai pusatnya. Diharapkan dengan pameran ini kita sebagai masyarakat asli maupun pendatang yang tinggal di Jogja dapat mengetahui sejarah Jogja yang dilihat dari imagine line Jogja. Sebelum melakukan pameran ini, mahasiswa FOTKOM 401 telah melakukan riset dan pengambilan foto selama dua bulan, tambahnya.
Imaginer line berawal dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Ngayogyakarta, Kandang menjangan dan berakhir di pantai Parangkususumo. Banyak realita kehidupan sosial dan budaya yang berada disekitar garis tersebut namun tidak pernah diperhatikan oleh masyarakat Jogja. Mulai dari kehidupan menengah kebawah hingga kaum borjuis yang ada di Keraton. Nouval Akbar, ketua FOTKOM 401 mengatakan pameran ini sendiri menampilkan lebih dari 100 karya oleh 24 fotografer KSM FOTKOM 401 yang diharapkan bisa menggugah semangat dari masyarakat Jogja dan pendatang untuk mengetahui historis dari tempat keberadaan mereka saat ini.
Bagi pengunjung yang ingin melihat karya anak-anak FOTKOM tidak akan dipungut biaya sepeser pun. Pameran ini akan dilangsungkan hingga hari Jumat (26/2) dan akan diisi dengan hiburan musik Jawa kontemporer dan tarian khas Jawa.

by CAKRA VIRAJATI

Senin, 08 Maret 2010

Rasa bacemnya begitu menggoda

2010030795909_gudeg.jpg

Masakan gudeg memiliki citarasa yang hampir sama, tetapi Gudeg Roda hadir dengan rasa gurih bacemnya yang menggoda. Gudeg Roda sudah dikenal masyarakat Jogja dengan paket kateringnya. Dimulai dari 1995 usaha keluarga ini lebih mengarah pasar katering dengan sistem pesanan untuk aneka pesta, acara hotel, Rumah Sakit dan lainnya.

Masakan tradisional khas kerabat nDalem Kraton Mataram-Ngayogyakarta Hadiningrat itu kini diakui dengan sengaja go public sebagai upaya melestarikan warisan kebudayaan leluhur. “Untuk meluaskan jangkauan pasar dan meramaikan sentra gudeg di daerah Wijilan, dibukalah warung Gudeg Roda,” tutur Citra, generasi kedua pemilik warung makan ini.

Beralamat di Jalan Kenekan No.2 Kecamatan Kraton, sekitar tiga bulan lalu tepatnya pada malam 1 Suro warung Gudeg Bu Citra ini resmi dibuka pada jam jam sebelas (11) malam lebih tujuh (7) menit. “11.07 memiliki arti kawelasan lan pitulungan,” lanjut Citra. Arti Roda Gudeg dengan bahan dasar nangka muda (gori), tidak diiris kecil-kecil seperti gudeg pada umumnya. Awal mula nama Gudeg Roda pun memiliki arti khusus.

Menurut Untari Sabda Langit, generasi pertama usaha ini, nama Roda diambil dari bentuk gori yang dipotong utuh hingga menyerupai bulatan roda. “Dulu para priyayi sepuh leluhur kami nyirik tidak makan daging, untuk menyiasatinya makanya memasak gori yang dipotong serupa roda kemudian dimasak bacem bumbu empal,” terang Untari. Baceman gori itu, menurut Untari akan lebih nikmat jika digoreng dan didiamkan menjadi keras hingga menyerupai dan berasa seperti empal.

Pada waktu itu, masakan gori bacem tersebut sering digunakan sebagai ganti daging. Nangka muda yang tidak dirajang atau diiris kecil-kecil, melainkan dipotong bundar menyerupai roda tersebut membuat serat nangka muda tidak hancur tetapi tetap utuh. Bila dibuka, kata Citra, bentuknya mirip seperti serat daging sapi. Bumbu rempah Menurut Untari yang juga menjadi juru masak usaha ini, selain pada cara iris gori, Gudeg Roda memiliki keunikan pada bumbu bacemnya.

Ia menjelaskan, gudeg buatannya adalah hasil racikan bumbu rempah warisan leluhur, yang sudah puluhan tahun. Bumbu untuk bacem gori potong pun tidak hanya mengandalkan garam dan gula aren saja tetapi berbagai rempah yang kaya rasa seperti ketumbar, kemiri, daun salam, kencur sumbi dan lainnya. Setelah sehari semalam dimasak pada panci tanpa dibuka, Gudeg Roda akan awet dalam dua hari tanpa bahan pengawet. Cara memasaknya pun sehari semalam dengan menggunakan kayu dan arang untuk mempertahankan suhu panas api. “Menurut pengalaman, kayu dan areng itu akan berpengaruh pada warna dan rasa gudeg,” lanjut Citra.

Keunikan Gudeg Roda Bu Citra yakni menyuguhkan sensasi rasa tradisional Jawa yang tidak begitu manis seperti gudeg umumnya, cocok untuk selera lidah. Kombinasi manis, gurih, dan pedas cukup pas bagi yang berselera menikmati kuliner tradisional. Jika gudeg manjadi oleh-oleh keluarga di rumah, cara memanasinya pun dapat dilakukan dengan digoreng dengan margarin seperti menggoreng daging empal. Rasa pelengkap Gudeg khas Jogja adalah jenis gudeg kering yang disantap dengan tambahan areh.

Areh yang dipakai merupakan kentalan minyak kelapa yang telah dibumbui. Sementara rasa asin dan pedas pada Gudeg Roda bisa didapatkan dari sambal goreng krecek kulit sapi. Untuk yang dibungkus biasanya mendapatkan krecek yang masih agak keras, jadi ketika dirumah dihangatkan krecek akan mengembang. Pelengkap lainnya yakni suwiran ayam kampung yang empuk dan tidak alot. Rasa ayamnya pun manis bumbu bacem.

Untuk telur menggunakan telur bebek angon dengan bulatan lebih kecil dari telur ayam dengan kuning telur lebih besar dan solid. Di warung Gudeg Roda, minuman yang disajikan selain menyediakan aneka soft drink dan minuman standar seperti air teh dan air jeruk, juga menawarkan Wedang Uwuh dan Wedang Secang, minuman tradisional khas ramuan rempahrempah. “Rempah untuk minuman tradisional diambil dari daerah makam raja-raja di Imogiri,” lanjut Citra.

Gudeg Roda melayani pembeli sejak jam 06.00 WIB hingga setidaknya 23.00 WIB. Untuk yang menginginkan Gudeg bisa membeli dengan kendil per paket mulai dari Rp50.000, Rp75.000, Rp100.000 dan paket besek Rp25.000-Rp50.000.(pan)

Sewa sepeda untuk wisata

2010030792541_pit.jpg

Seorang pemuda duduk di bangku taman kota, sejumlah sepeda terparkir di depannya. Beberapa kotak bakpia terikat pada boncengan sepeda. Sesekali pemuda itu melongok ke arah utara, mengamati apakah rekan mereka selesai berbelanja.

Cokro, wisatawan asal Jakarta ini mendapat giliran untuk menunggui sepeda yang disewanya dari sebuah persewaan sepeda di kawasan Prawirotaman Jogja. Saat Harian Jogja menyapanya, dirinya menuturkan, “Tadinya saya mau pinjam, tapi jaminannya harus paspor atau uang Rp4 juta-Rp6 juta.”

Mendengar syarat itu urung sudah Cokro menyewa sepeda motor. Sepeda motor memang biasa di sewakan kepada wisatawan, namun hanya wisatawan mancanegara saja yang bisa meminjamnya. Cokro tidak tahu alasan mengapa syarat paspor menjadi utama, sebab bagi wistawan lokal, tentu saja mereka tidak akan membawa paspor (bila memiliki) saat melancong di negeri.

Sepeda motor memang sudah akrab sebagai sarana transportasi yang efektif di kota pelajar ini, apalagi jika menilik malam hari sudah tidak ada bus kota. Bagi para wisatawan seperti halnya Cokro dan rekannya ini, sarana transportasi jadi kendala untuk menikmati suasana kota.

Kesusahan menyewa sepeda motor inilah yang menjadikan dirinya memutuskan untuk menyewa sepeda, “Di Jakarta kita kerja naik sepeda juga, kenapa tidak saat berwisata” itu timpalnya. Sejumlah persewaan sepeda di kawasan Pawirotaman, Jogja mematok jasa sewa sepeda sebesar Rp15.000 per 24 jam.

Relatif murah, apalagi bagi wisatawan yang memilih menjadi backpacker. Rasa capek karena harus mengayuh sepeda terbayar, dirinya merasa ini pengalaman baru. “Nantinya kami akan bisa bangga karena di Jogja bisa berwisata dengan sepeda. Sudah tiga hari kami bersepeda menikmati pariwisata di kota Jogja,” tuturnya. Esok mereka akan kembali ke Jakarta.(sur

Pasar Bringharjo

"EENDER MOOISTE PASSER OP JAVA" atau salah satu pasar terindah di Jawa bukanlah sebutan yang berlebihan untuk pasar Beringharjo. Pasar yang berkonstruksi beton bertulang dalam bentuk dan wujud yang akrab dengan arsitektur tropis ini juga merupakan pasar tertua yang keberadaanya mempunyai nilai historis dan filosofis yang tidak dapat dipisahkan dengan kraton Yogyakarta.

Pasar tradisional yang terus berkembang ini dibangun di atas tanah seluas 2,5 hektar dan mengalami rehabilitasi sebanyak dua kali pada tahun 1951 dan 1970. Seiring dengan perkembangan zaman dan pemerintahan, maka pasar Beringharjo diambil alih oleh pemerintah kota Yogyakarta.

JAM BUKA
Setiap hari pukul 06.00-17.00 WIB

FASILITAS:
Komponen Utama:
· Lahan
· Toko petak/kios
· Dasaran di dalam los
· Dasaran di luar los
· Dasaran di luar Pasar
· Gudang
· Kandang hewan

Komponen Penunjang:
· Sarana Parkir
· Sarana Bongkar Muat
· Mekanikal Elektrikal
· Sarana Komunikasi
· Sarana Penambatan Hewan
· Jalan Khusus
· Sarana Pengamanan
· Sarana Hygien dan Sanitasi

Komponen Pendukung:
· Pusat Pelayanan Kesehatan dan Penitipan Anak
· Pusat Pelayanan Jasa Angkut
· Kantor Pengelola
· Kantor Koperasi Pasar
· Tempat Ibadah/Mushola/Masjid

SHOWROOM
· Kios dan Los pakaian batik
· Kios dan Los kebutuhan rumah tangga
· Kios dan Los alat elektronik
· Kios dan Los buah-buahan
· Kios dan Los jajanan pasar

SEJARAH
Pasar Beringharjo merupakan salah satu komponen dalam pola tata kota Kerajaan, biasa disebut pola �Catur Tunggal� yaitu Keraton, Alun-alun, Pasar dan Masjid (Bangunan Suci).

Lokasi pasar dulunya merupakan lapangan yang agak luas, berlumpur dan agak becek, juga banyak pohon beringinnya, sebelah timur (bangunan non permanen) adalah bekas makam orang-orang Belanda. Tempat ini secara resmi dipergunakan sebagai ajang pertemuan rakyat, setelah ditunjuk oleh Sri Sultan Yogyakarta tahun 1758. Setelah itu orang-orang mulai memanfaatkan dengan mendirikan payon-payon sebagai peneduh panas dan hujan.

Keadaan semakin berkembang hingga Pemerintah memandang perlu membangun pasar yang representatif dan layak sebagai pasar pusat di Yogyakarta. Nederlansch Indisch Beton Maatschapij ditugaskan membangun los-los pasar pada tanggal 24 Maret 1925. Pada akhir Agustus 1925, 11 kios telah terselesaikan, dan kemudian menyusul yang lainnya secara bertahap. Pada akhir Maret 1926, pembangunan pasar selesai dan mulai dipergunakan sebulan setelah itu.

Sedangkan nama Beringharjo sendiri baru diberikan setelah bertahtanya Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Beliau memerintahkan agar nama-nama Jawa yang dipergunakan untuk semua instansi di bawah Kasultanan Ngayogyakarta. Nama Beringharjo dinilai tepat karena lokasi pasar merupakan bekas hutan beringin dan beringin merupakan lambing kebesaran dan pengayoman bagi banyak orang. Jadi hal itu sesuai dengan citra pasar yang sempat terbakar pada tahun 1986 ini sebagai pasar pusat atau pasar �Gede� bagi masyarakat Yogyakarta.

TIPS & TRIKS
- Harga barang di pasar ini umumnya dapat ditawar jika Anda menghendaki. Pandai-pandailah menawar!
- Hati-hati dengan copet sewaktu berada di pasar beringharjo.

Nglanggeran, Gunung Api Purba yang Memesona


Gunung Api Purba NglanggeranGunung Nglanggeran adalah sebuah gunung api purba berumur sekitar 60 juta tahun yang terletak di kawasan Baturagung, bagian utara Kabupaten Gunung Kidul pada ketinggian sekitar 200-700 mdpl.

Teletak di desa Nglanggeran Kecamatan Patuk, tempat wisata ini dapat ditempuh sekitar 15 menit atau sekitar 22 km dari kota Wonosari.

Kawasan ini konon merupakan kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua dan bentang alamnya memiliki keindahan yang secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Berdasarkan hasil sejumlah penelitian dan referensi, gunung Nglanggeran adalah gunung berapi purba, yang keberadaanya jauh sebelum terbentuknya Gunung Merapi di Kabupaten Sleman.

Mendaki Gunung Nglanggeran, Anda akan menjumpai sebauh bangunan Joglo (Pendopo Joglo Kalisong) di pintu masuk, dan akan ada tiga bangunan gardu pandang sederhana dari ketinggian yang rendah, sedang sampai puncak gunung.

Dari atas gunung, pemandangan terhampar luas bak permadani hijau. Kala kita memandang ke bawah, kita bisa melihat ladang, kebun, dan bangunan tower dan berbagai stasiun televisi yang jumlahnya cukup banyak, manambah keindahan alam.

Nama Nglanggeran konon berasal dari kata planggaran yang bermakna setiap perilaku jahat pasti ketahuan. Ada pula yang menuturkan, nama bukit berketinggian 700 meter di atas permukaan laut ini dengan kata langgeng artinya desa yang aman dan tentram.

Selain sebutan tersebut, gunung yang tersusun dari banyak bebatuan ini dikenal dengan nama Gunung Wayang karena terdapat gunung/bebatuan yang menyerupai tokoh pewayangan. Menurut kepercayaan adat jawa Gunung Nglanggeran dijaga oleh Kyi Ongko Wijaya dan Punakawan. Punakawan dalam tokoh pewayangan tersebut, yakni Semar, Gareng, Petruk, serta Bagong.

Kepercayaan lain menyebutkan bahwa Gunung Nglanggeran sebagai Gunung Wahyu karena gunung tersebut diyakini sebagai sarana meditasi memperoleh wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa. Air dari gunung Nglanggeran sering diambil abdi dalem dari Kraton Yogyakarta sebagai sarana mohon ketentraman dan keselamatan semua masyarakat DIY. Tak heran, sebagian orang masih mengeramatkan gunung tersebut. Pada malam tahun baru Jawa atau Jumat Kliwon, beberapa orang memilih semedi di puncak gunung ini.

Bioskop 'kelas rakyat' segera habis

JOGJA: Bioskop Permata, yang terletak di Jalan Sultan Agung akan segera ditutup karena semakin hari pengunjung yang datang semakin berkurang.


Direktur Utama N.V Perfebi- perusahaan yang menaungi bioskop tersebut- Subagyo, mengatakan, dikarenakan terus mengalami kerugian, Bioskop Permata tidak bisa dipertahankan lagi.

Pengunjung yang datang ke Permata semakin hari semakin sepi sehingga membuat pemasukan tiap tahun terus menurun. Hal itulah yang menjadi penyebab segera ditutupnya bioskop tersebut.

"Sabtu besok akan disewa oleh mahasiswa untuk mengadakan acara band. Setelah itu bioskop buka kembali, tapi tidak akan lama lagi akan ditutup. Ya daripada merugi terus lebih baik ditutup,” ujar Subagyo kepada Harian Jogja, Jumat (5/3).

Saat ini, di Kota Jogja tinggal tersisa dua bioskop yang dapat dikategorikan 'kelas rakyat'. Selain Permata, ada pula Indra yang terletak di Jalan Malioboro.

Indra juga merupakan bioskop yang berdiri di bawah naungan N.V Perfebi. Sama dengan Permata, bioskop ini pun sudah semakin ditinggal penonton-penonton setianya.

Kepala Bioskop Indra, Suyadi, mengatakan, dahulu bioskop Indra selalu ramai dan tiket cepat habis. Dirasakan olehnya, sekitar 1970 sampai dengan 1985 merupakan saat-saat di mana bioskop selalu dibanjiri penonton. Kemudian ketika televisi-televisi swasta mulai berkembang, orang-orang yang menonton di bioskop pun mulai berkurang.

”Sekarang, dalam sekali pertunjukkan paling banyak 20-25 penonton, sedangkan jumlah seat yang tersedia ada 350. Minimnya pengunjung ini bukan dari berkembangnya bioskop-bioskop besar seperti 21, karena itu kan memang beda kelas penontonnya, ” ujar Suyadi.

Jika Permata akan ditutup dalam waktu dekat ini, Indra akan menyusul di kemudian hari. Hal tersebut diyakini oleh Suyadi karena menurutnya, sudah ada pembicaraan dengan Pemkot yang akan menjadikan bioskop tersebut menjadi lahan parkir. Jika hal tersebut sudah terlaksana, bisa dipastikan Jogja tidak memiliki lagi bioskop berkelas rakyat.

"Permata mungkin dalam waktu dekat ini akan ditutup. Kalau Indra, entah setahun atau dua tahun ke depan baru akan ditutup. Tapi itu sudah bisa dipastikan,” ujarnya.

Mayoritas film yang diputar di bioskop seperti Permata dan Indra ini merupakan film yang diperuntukkan bagi kalangan dewasa. Dalam sehari, pertunjukkan diadakan sebanyak tiga kali. Selain itu, film yang banyak diminati kebanyakan merupakan film-film yang sudah sangat lama. Suyadi menambahkan, film-film tersebut didatangkan dari Jakarta dan Surabaya.

Bioskop 'kelas rakyat' segera habis

JOGJA: Bioskop Permata, yang terletak di Jalan Sultan Agung akan segera ditutup karena semakin hari pengunjung yang datang semakin berkurang.


Direktur Utama N.V Perfebi- perusahaan yang menaungi bioskop tersebut- Subagyo, mengatakan, dikarenakan terus mengalami kerugian, Bioskop Permata tidak bisa dipertahankan lagi.

Pengunjung yang datang ke Permata semakin hari semakin sepi sehingga membuat pemasukan tiap tahun terus menurun. Hal itulah yang menjadi penyebab segera ditutupnya bioskop tersebut.

"Sabtu besok akan disewa oleh mahasiswa untuk mengadakan acara band. Setelah itu bioskop buka kembali, tapi tidak akan lama lagi akan ditutup. Ya daripada merugi terus lebih baik ditutup,” ujar Subagyo kepada Harian Jogja, Jumat (5/3).

Saat ini, di Kota Jogja tinggal tersisa dua bioskop yang dapat dikategorikan 'kelas rakyat'. Selain Permata, ada pula Indra yang terletak di Jalan Malioboro.

Indra juga merupakan bioskop yang berdiri di bawah naungan N.V Perfebi. Sama dengan Permata, bioskop ini pun sudah semakin ditinggal penonton-penonton setianya.

Kepala Bioskop Indra, Suyadi, mengatakan, dahulu bioskop Indra selalu ramai dan tiket cepat habis. Dirasakan olehnya, sekitar 1970 sampai dengan 1985 merupakan saat-saat di mana bioskop selalu dibanjiri penonton. Kemudian ketika televisi-televisi swasta mulai berkembang, orang-orang yang menonton di bioskop pun mulai berkurang.

”Sekarang, dalam sekali pertunjukkan paling banyak 20-25 penonton, sedangkan jumlah seat yang tersedia ada 350. Minimnya pengunjung ini bukan dari berkembangnya bioskop-bioskop besar seperti 21, karena itu kan memang beda kelas penontonnya, ” ujar Suyadi.

Jika Permata akan ditutup dalam waktu dekat ini, Indra akan menyusul di kemudian hari. Hal tersebut diyakini oleh Suyadi karena menurutnya, sudah ada pembicaraan dengan Pemkot yang akan menjadikan bioskop tersebut menjadi lahan parkir. Jika hal tersebut sudah terlaksana, bisa dipastikan Jogja tidak memiliki lagi bioskop berkelas rakyat.

"Permata mungkin dalam waktu dekat ini akan ditutup. Kalau Indra, entah setahun atau dua tahun ke depan baru akan ditutup. Tapi itu sudah bisa dipastikan,” ujarnya.

Mayoritas film yang diputar di bioskop seperti Permata dan Indra ini merupakan film yang diperuntukkan bagi kalangan dewasa. Dalam sehari, pertunjukkan diadakan sebanyak tiga kali. Selain itu, film yang banyak diminati kebanyakan merupakan film-film yang sudah sangat lama. Suyadi menambahkan, film-film tersebut didatangkan dari Jakarta dan Surabaya.